Mengenal Anak GIFTED

Anak gifted merupakan anak yang memiliki potensi yang tinggi dalam berbagai bidang baik akademik, matematika, seni, musik, bahasa, dan task commitment. Hal tersebut membuat anak gifted cenderung berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sebagian anak gifted pada usia dini mereka mempunyai perkembangan yang tertinggal dari teman seusianya, seperti pada aspek emosi dan sosial. Kecerdasannya akan muncul pada perkembangan selanjutnya  dan fenomena ini disebut dengan The Late Bloomer.

Twice exceptional gifted children atau kekhususan ganda yang terjadi pada anak gifted seperti :

  1. Gifted + ADHD,
  2. Gifted + ASD,
  3. Gifted + specific health impairment, dsb.

Maka orangtua harus menangani keduanya dengan menyusun strategi pengasuhan yang sesuai dan bagaimana cara mengaktualisasikan potensi anak. Tentu saja dengan pendampingan tenaga ahli dan banyak belajar dari berbagai sumber seperti buku-buku ataupun dari sesama orangtua.

Tipe anak gifted menurut Betts & Neihart (1988):

Tipe I (The Successful)

Anak yang mampu meraih prestasi yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem pendidikan konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan baik apa yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau ujian mereka juga dapat meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka juga menunjukkan dorongan berprestasi dan bekerja yang tinggi. Ia juga tidak mengalami masalah dalam pergaulan. Perkembangan sosial emosionalnya sangat baik.

Mereka memang mampu menyabet nilai kompetensi yang tinggi saat di sekolah. Namun sebetulnya ia tidak bisa mengembangkan talentanya secara mandiri. Dengan kata lain ia kurang bisa mengembangkan talenta secara kreatif. Karena itu saat mana mereka berada di sekolah yang lebih tinggi, mereka mengalami kesulitan untuk mengembangkan dirinya. Karena ia tak bisa mengembangkan kemampuan, konsep, dan sikapnya untuk kepentingan pendidikan seumur hidup (life long learning). Mereka memang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi kurang bisa menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan perubahan hidup.

Tipe II (The Challanging)

Kelompok anak gifted tipe ini tidak teridentifikasi oleh pihak sekolah, karena ia tidak menunjukkan prestasi yang baik. Bahkan seringkali spontanitasnya dianggap sebagai mengacau, dan sering mendebat guru. Sering mengalami konflik baik di rumah maupun di sekolah. Anak-anak kelompok ini umumnya mempunyai kemampuan kreativitas yang tinggi, namun tidak belajar bagaimana untuk memanfaatkan kebolehannya. Anak kelompok ini lebih banyak frustrasi karena sistem pendidikan justru tidak dapat memberikan perhatian pada kemampuan dan talentanya. Ia harus berjuang dengan kekuatannya sendiri.

Kelompok gifted tipe ini adalah kelompok anak yang mempunyai risiko tinggi karena sering luput dari perhatian, tidak ditangani dengan baik berakibat pada putus sekolah, perilaku bermasalah dan masuk ke dalam sirkuit kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat terlarang.

Tipe III (The Underground)

Kelompok ini merupakan kelompok yang menyembunyikan talentanya. Umumnya terjadi pada kelompok gifted perempuan di usia sekolah lanjutan pertama. Jika terjadi pada anak laki-laki, akan terjadi pada tingkatan sekolah lanjutan yang lebih tinggi daripada anak perempuan. Semula anak-anak yang mempunyai semangat dan cita-cita tinggi ini tiba-tiba berubah drastis, dan mulai menolak mengakui talentanya sendiri.

Sementara teman sebayanya yang bukan gifted menekannya agar ia mampu menyesuaikan diri, tetapi guru dan orang tuanya menekan agar kembali meraih prestasi. Situasi ini menyebabkan konflik baginya, jika kondisi anak menjadi seperti ini, maka tindakan yang harus dilakukan adalah, jangan dahulu memasukkannya ke dalam program gifted atau ke dalam kelas khusus gifted, tetapi ajak ia agar melakukan eksplor bidang apa yang dirasanya menyenangkan, dan ajak dirinya agar melihat tujuan jangka panjang.

Tipe IV (The Dropouts)

Anak-anak gifted kelompok ini mempunyai potensi yang tinggi, namun ia tidak mendapatkan dukungan dari sekolah, dan tidak berprestasi. Sistem pendidikan tidak memberinya dukungan untuk mengembangkan talentanya, yang menyebabkannya kefrustrasian dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi. Sering terjadi saat anak-anak ini duduk di sekolah lanjutan. Namun sebenarnya masalahnya sudah berawal sejak ia berada di sekolah dasar. Drop out bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah, secara fisik, namun juga ia dapat drop out secara mental, dan emosional.

Biasanya saat masih di sekolah dasar ia tidak terdeteksi sebagai anak gifted, karena memang ia adalah kelompok the late bloomer. Anak-anak ini akhirnya mempunyai dorongan internal yang sangat lemah. Ia juga tidak cocok dengan sistem pendidikan konvensional. Kepada si anak perlu dilakukan berbagai tes untuk melihat di bagian apa kekuatannya.

Tipe V (The Double Labeled)

Kelompok anak gifted tipe ini adalah mereka yang mempunyai gangguan secara fisik, secara emosional, ataupun yang mengalami gangguan belajar (Learning Disabilities). Anak-anak ini memang membutuhkan program pendidikan khusus atau modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya.

Seringkali ia tidak menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted, karenanya mereka lebih sering tidak teridentifikasi sebagai anak gifted. Tulisan tangannya jelek (karena motorik halusnya kurang baik), atau perilakunya yang kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ia memang tidak mengetahui dimana kesalahannya. Namun ia selalu menuding bahwa pelajarannya yang membosankan. Mereka juga pandai menutupi kekurangannya dengan cara-cara yang pintar, karena mereka memang cerdas.

Tipe VI (The Outonomous Learner)

Kelompok gifted tipe VI ini adalah kelompok anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Ia dapat mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri sebagai sesuatu yang baru, Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin dicapainya. Ia berani mengambil risiko, karena ia mengenal sekali kekuatan dirinya. Ia juga mempunyai konsep diri yang sangat positif, karena ia bisa mendapatkan apa yang menjadi idamannya. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan, dan cita-citanya dengan baik dan bebas.